Hadist tentang memuliakan tamu:
Dalam al-Quran surat Adz-Dzariyat: 24 – 27, Allah telah berfirman
Rasulullah rela anaknya tidak makan, tidur semalaman dalam keadaan lapar untuk memuliakan tamunya Rasulullah saw.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah bersabda : “Barang siapa yang beriman
kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam, barang
siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan
tetangga dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka
hendaklah ia memuliakan tamunya. (H.R Bukhari no. 6018, Muslim no. 47)
dalam hadist lain dijelaskan oleh imam Tirmidzi yang artinya
“
sesungguhnya para malaikat tetap mendoakan seseorang selama hidangan makanannya
masih terhampar ( yakni untuk tamunya ). (HR Tirmidzi).Dalam al-Quran surat Adz-Dzariyat: 24 – 27, Allah telah berfirman
هَلْ أَتَاكَ
حَدِيثُ ضَيْفِ إِبْرَاهِيمَ الْمُكْرَمِينَ ﴿24﴾ إِذْ دَخَلُوا عَلَيْهِ
فَقَالُوا سَلَامًا قَالَ سَلَامٌ قَوْمٌ مُنْكَرُونَ ﴿25﴾ فَرَاغَ إِلَى أَهْلِهِ
فَجَاءَ بِعِجْلٍ سَمِينٍ ﴿26﴾ فَقَرَّبَهُ إِلَيْهِمْ قَالَ أَلَا تَأْكُلُونَ
﴿27﴾
Sudah
sampaikah padamu cerita tentang tamu Ibrahim yang dimuliakan? Ketika mereka
masuk ke tempatnya lalu mengucapkan: "Salaman." Ibrahim menjawab:
"Salamun, (kalian) adalah orang-orang yang tidak dikenal." Maka dia
pergi dengan diam-diam menemui keluarganya lalu dibawanya daging bakar dari
anak sapi yang gemuk dan dihidangkannya kepada mereka, Ibrahim berkata:
"Tidakkah kalian makan?"
Rasulullah rela anaknya tidak makan, tidur semalaman dalam keadaan lapar untuk memuliakan tamunya Rasulullah saw.
Ketika Allah
melihat salah satu bentuk, dimana Allah Swt memperlihatkan kepada hamba-hamba Nya
bahwa Allah melihat semua perbuatan yang terkecil sekalipun. Maka disaat itu
datanglah tamu kepada Sang Nabi saw dan Sang Nabi saw tidak bisa menjamunya
karena tidak ada makanan. Rasul tanya pada istrinya “punya makanan apa kita untuk menjamu tamu ini?”,
istri Nabi saw menjawab “tidak
ada, yang ada cuma air”. Maka Rasul berkata “siapa yang mau menjamu tamuku ini?” Satu orang anshar langsung mengacungkan tangan
“aku yang menjamu tamumu ya
Rasulullah”. Kemudian sahabat itu membawa tamu rasul itu ke rumahnya, sampai dirumah mengetuk pintu
dengan keras hingga istrinya bangun. “Kenapa suamiku? kau tampak terburu-buru”.
“akrimiy
dhaifa Rasulillah,
kita dapat kemuliaan tamunya Rasulullah. Ayoo.. muliakan,
keluarkan semua yang kita miliki daripada pangan dan makanan, semua keluarkan.
Ini tamu Rasulullah bukan tamu kita, datang kepada Rasul, Rasul saw tidak bisa
menyambutnya. Rasul tanya “siapa yang bisa menyambutnya?”, aku buru -
buru tunjuk tangan, ini kemuliaan besar bagi kita.” Istrinya berkata “suamiku, makanannya hanya untuk 1 orang.
Tidak ada makanan lagi, itu pun untuk anak- anak kita. 2 orang anak- anak kita
hanya akan makan makanan untuk 1 orang, kau ini bagaimana menyanggupi undangan
tamu Rasul? kau tidak bertanya lebih dulu? apakah kita punya kambing, punya
ayam, punya beras, punya roti, jangan main terima sembarangan!” Maka
suaminya sudah terlanjur menyanggupi “sudah
kalau begitu anak kita tidurkan cepat- cepat, matikan lampu agar anaknya
tidur”. “belum makan, suruh tidur jangan suruh makan malam, biar saja”.
Di tidurkan anaknya
tanpa makan. Lalu tinggal makanan yang 1 piring untuk 1 orang, “ini bagaimana? tamunya tidak mau
makan kalau hanya ditaruh 1 piring kalau shohibul bait (tuan rumah) tidak ikut
makan karena cuma 1 piring makanannya”. Suaminya berkata “nanti sebelum kau keluarkan
piringnya, lampu ini kau betulkan lalu saat makan tiup agar mati pelitanya,
jadi pura- pura lampu mati. Taruh piring, silahkan makan dan kita taruh piring
kosong di depan kita, tamu makan kita tidak usah makan tapi seakan “ akan makan
dan tidak kelihatan lampunya gelap”.
Maka tamunya
tidak tahu cerita lampunya mati, pelitanya rusak, tamunya makan dengan
tenangnya, nyenyak dalam tidurnya, pagi-pagi shalat subuh kembali kepada Rasul
saw “Alhamdulillah ya
Rasulullah aku dijamu dengan makanan dan tidur dengan tenang”.
Rasul berkata “Allah semalam
sangat ridho kepada shohibul bait (tuan rumah) yang menjamumu itu” (shahih
Bukhari).
Allah
tersenyum, bukan Allah itu seperti manusia bisa tersenyum tapi maksudnya Allah
sangat sayang dan sangat gembira. Dengan perbuatan itu Allah sangat terharu,
bukan terharu karena tamunya saja tapi juga karena shohibul bait berucap. “akrimiy dhaifa Rasulillah” muliakan tamu
Rasulullah.
Ini yang membuat Allah terharu, untuk tamunya Rasulullah rela anaknya tidak
makan, tidur semalaman dalam keadaan lapar untuk memuliakan tamunya Rasulullah
saw.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar