Perkembangan Islam Di Meksiko


Meksiko adalah sebuah negara yang terletak di Amerika Utara, berbatasan dengan Amerika Serikat, Guatemala dan Belize di sebelah tenggara, Samudra Pasifik di barat, dan Teluk Meksiko dan Laut Karibia di sebelah timur. Ia merupakan negara terbesar ketiga di Amerika Latin dan juga negara yang paling banyak berbahasa Spanyol. Selama hampir 3.000 tahun, Meksiko menjadi tempat beberapa peradaban maju seperti peradaban Amerindian, Maya dan Aztec. Jumlah penduduk Meksiko pada tahun 2006 mencapai 107.127.013 jiwa.

Penyebaran Agama Islam Di Meksiko

Limabelas tahun setelah pemberontakan Zapatista di Chiapas, daerah ini telah mengalami perubaham yang drastis. Salah satu di antaranya munculnya Islam sebagai agama baru di daerah ini. Kaum muslimin, yang terutama terdiri dari warga Indian suku Mayan dan Tzotzil, secara perlahan terus berkembang. Di Negara Bagian Chiapas, Meksiko ini, makin banyak saja warga Indian suku Mayan dan Tzotzil menjadi muslim.

Suku Maya di Meksiko beramai-ramai memeluk Islam sejak Tahun 1996 yang ajaibnya dilakukan Pendakwah dari Eropa bukan dari Arab Saudi atau Asia sebagai Pusat Isam terbesar di Dunia.

Sebanyak 500 penduduk Selatan Meksiko masuk Islam dan diikuti oleh orang-orang meksiko lainnya yang tiap bulan terus bertambah demikian diberitakan Harian Online CATHOLIC.

Daerah miskin

Molino de los Arcos adalah salah satu daerah pemukiman paling miskin di San Cristóbal de las Casas, kota nomor dua terbesar di Chiapas. Berkat kekayaan sejarah kolonialnya, daerah ini merupakan tujuan wisata populer. Secara etnik, the barrio sepenuhnya tergolong kelompok pribumi, dengan Tzotzil Mayan sebagai bahasa utama.

Setiap hari Jum'at, perlahan bisa kita dengar suara bacaan shalat dalam bahasa Arab. Sekitar duapuluh keluarga muslim Tzotzil, telah menjadikan sebuah bangunan sederhana terbuat dari kayu, berhiaskan tulisan ayat-ayat Al Qur'an, sebagai musholla mereka.

"Ini tempat kami membersihkan jiwa, dan berdo'a pada Allah. Hari ini tidak semua orang datang, mereka harus bekerja," kata imam Salvador Lopez sambil tersenyum. "Kami dalam keadaan baik-baik saja. Jumlah ummat kami masih kecil. Mungkin hanya dua ratus orang saja. Tapi, sedikit demi sedikit, kami berkembang terus."

Aktivis Dakwah Islam dari Spanyol mendominasi di Meksiko dan kini mereka menetap dan mendirikan restoran dan toko-toko pertukangan dan sekaligus berdakwah. Bahkan Pimpinan Islam di Meksiko saat ini merupakan seorang Muslim dari Skotlandia, demikian tulisan Katolik Online.

Islam lebih menyesuaikan diri dengan budaya setempat, dan sangat cepat berubah dari suku yang miskin berangsur-angsur memperbaiki hidup mereka, sejak Islam masuk kesana. Aktivis Islam telah menyebarkan pesan yang Anti Kapitalisme, Liberalisme dan Sekulerisme dan bahwa orang-orang harus kembali kepada kehidupan Muhammad Rasulullah SAW.


Di Meksiko sudah lama ada warga muslim. Tapi, biasanya mereka adalah pendatang dari negeri-negeri muslim di Afrika dan Timur Tengah. Hingga tahun 1995, ketika warga muslim asal Spanyol, di bawah pimpinan Aureliano Pérez datang ke Meksiko, untuk menyebarkan agama Allah ini. 

Berdasarkan pengakuan dari Masyarakat Meksiko sendiri bahwa mereka merasa nyaman dengan ajaran yang mereka peluk saat ini, dan mereka tidak merasa nyaman dengan praktek-praktek Liberal Sekulerisme yang  ada di Eropa dan Amerika saat ini.
 
Masyarakat Adat Suku Maya Meksiko dengan matang memilih Islam sebagai keyakinan beragama, dan mereka sebagian besar selama ini tidak puas dengan perlakukan Pemerintah yang membuat mereka terbelakang, Islam datang untuk memberikan kedamaian hati dan sekaligus perlawanan.
 
Di desa San Cristobal De Las Casas, Muslim setempat telah membangun sebuah Masjid dan mereka berkumpul di sana secara teratur untuk melakukan Sholat lima waktu. Diantara mereka sudah ada yang dibiayai untuk berhaji dan belajar Bahasa Arab agar menjadi Da’I.

Alternatif bagi kapitalisme

Sejak saat itu, mulai ada penduduk Meksiko asli yang menjadi pemeluk agama Islam. Kedatangan muslim Spanyol ini, berkaitan erat dengan pecahnya pemberontakan Zapatista di Chiapas, pada tahun 1994. Mereka melihat, kemiskinan di daerah ini akan menjadi lahan subur bagi ajaran Islam.
Sejak kedatangan penjajah Spanyol pada abad ke XVI, kehidupan suku Mayan dan Tzotzil tersisihkan. Mereka hidup dalam kemiskinan, menjadi sasaran penindasan pejabat korup, dan mendapat perlakuan diskriminatif dari kelompok kulit putih dan mestizo, warga berdarah campuran keturunan Eropa dan penduduk setempat. Kecanduan alkohol di kalangan warga Indian, makin menjadi-jadi.

Suku Mayan Menganut Aliran Sunni

Suku Mayan dan Tzotzil termasuk gerakan Murabitun, yang menganut aliran Sunni. Terhadap larangan minum alkohol dan riba pinjama, sikap mereka tegas menolak. Dan hal ini ternyata menarik bagi warga pribumi Chiapas, sebagai pilihan konkret dari kapitalisme. Walaupun demikian Muhammad Amin menekankan, Islam bukan hanya untuk cocok untuk warga pribumi Chiapas.
"Allah tidak membeda-bedakan ras. Islam terbuka bagi semua orang."

(sumber: kompasiana.com; voa-islam.com; wikipedia)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar